Demi anak, apa pun dilakukan. Meski tubuh sudah ringkih, seorang nenek bernama Acah (67), rela berkeliling ke sejumlah instansi di Jakarta. Tujuannya hanya satu, mendapat kabar tentang anaknya yang terancam hukuman mati di Riyadh, Arab Saudi. Raut sedih tampak di wajah Acah, warga Pagadungan, Tempuran, Karawang, Jawa Barat. Ucapannya terbata-bata saat menceritakan nasib anaknya.
Isti Komariyah, TKW yang mati kelaparan (New Straits Times)
Karsih binti Ocim, anak yang dia lahirkan pada 1964, sedang terancam hukuman pancung di Arab Saudi. "Dia dituduh meracuni anak majikan," ujarnya. Kabar bak petir itu dia terima pada 2007 silam. Menurutnya, ketika menerima kabar, Karsih sudah ditahan polisi di sana selama selama empat bulan. "Setelah itu tidak ada kabar lagi," ujarnya. "Boro-boro kembali ke tanah air, pembicaraan pun tidak ada."
Acah mengisahkan, anaknya berangkat menjadi TKW pada 1999. Ketika itu, dia meninggalkan bayi berusia empat bulan. Kini, anaknya itu telah berumur 13 tahun. "Dulu berangkat sama sponsor," katanya. Sekretaris Desa Pagadungan, Karawang, Jawa Barat, Soedarto, yang mendampingi Acah, membantu menjelaskan. "Karsih berangkat melalui PJTKI PT Hosana Adi Kreasi yang beralamat di Jalan Kalisari Jakarta Timur," katanya.
Bukan kali ini saja Acah berjuang. Sudah sejak tahun 2007 dia mencari kepastian tentang nasib anaknya. Apalagi, pada 2008, dia mendengar kabar anaknya telah dieksekusi pancung. "Pernah nanya ke perusahaan, datang enam kali," ujarnya. Tidak dapat kejelasan dari perusahaan penyalur, Acah mendatangi Kementerian Luar Negeri. Staf yang menemui hanya memberikan kliping Tabloid Jayakarta Tahun 1/Edisi 6 terbitan 16-29 Februari 2008 berjudul "Tak Benar Karsih di Hukum Mati."
Dalam berita itu, dijelaskan Karsih baik-baik saja, tidak terkena kasus apapun. Dimuat pula foto Karsih berdampingan dengan majikan, diapit pejabat dan pengacara KBRI Riyadh. Meski begitu, tetap saja tidak ada kabar yang dia dengar langsung. Acah pun terus mencari. Dia sempat mencoba menemui Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat. Tapi, gagal.
"Kami juga ke BNP2TKI, mau ketemu Pak Jumhur, tapi tidak bisa ketemu. Kami kejar, suruh tunggu di kantor, ternyata kata pegawainya sudah keluar lewat pintu belakang," kata Soedarto yang mendampingi Acah. Kemarin, Kamis, 23 Juni 2011, Acah didampingi anak Karsih, Toto Isyanto (13), serta Soedarto, mengadu ke Fraksi Demokrat. Nenek malang itu diterima Ketua Fraksi Demokrat Jafar Hafsah, Sekretaris Fraksi Saan Mustopa, serta Anggota Komisi IX, Nova Riyanti Yusuf.
Saan menyatakan, akan membantu mencari tahu tentang nasib Karsih. Menurutnya, berdasar data Migrant Care, Karsih termasuk 28 TKI yang terancam Pancung. Tertulis, Karsih dituduh dalam kasus pembunuhan. "Saat memakan mi yang dibuat Karsih, anak majikannya langsung meninggal. Makanya dia dilaporkan ke polisi," kata Saan.
Saan sendiri secara pribadi akan mengirimkan surat ke BNP2TKI dan Kemenlu serta jaringannya di Arab Saudi untuk mengetahui kondisi Karsih. "Apakah sebagai tahanan atau bagaimana," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar