Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat 180 juta penduduk dunia yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40-45 juta di antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan WHO juga mengungkapkan bahwa setiap detik tambah satu penderita kebutaan di dunia.
Sembilan dari 10 penderita kebutaan tersebut berada di negara miskin dan berkembang, terutama negara-negara Afrika dan Asia Selatan atau Asia Tenggara. Khusus untuk Indonesia, diperkirakan 3,1 juta jiwa (1,5 persen) penduduknya mengalami kebutaan.
Penyebab utama kebutaan di dunia adalah katarak (45 persen). Penyebab lain antara lain adalah glaucoma, diabetes melitus, dan trauma (37,5 persen); trachoma (12,5 persen); dan onchocerciasis atau river blindness (0,6 persen).
Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa mata. Lensa mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein tersusun demikian sehingga cahaya dapat menembus lensa dan difokuskan pada retina. Kadang-kadang protein tersebut mengumpul bersama sehingga memperkeruh atau menutupi bagian kecil pada lensa. Itulah yang disebut katarak. Makin lama, kumpulan protein tersebut membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda katarak antara lain penglihatan kabur, cahaya lampu kelihatan terlalu terang pada malam hari, cahaya matahari atau lampu silau, dan warna tampak pudar.
Sampai saat ini, para ahli belum dapat memastikan penyebab utama katarak. Namun, mereka yakin bahwa katarak disebabkan oleh banyak faktor secara sendiri-sendiri atau bersamaan. Salah satu penyebab logis adalah perubahan protein dan lipid pada lensa mata berkaitan dengan bertambahnya usia. Hal ini selaras dengan fakta bahwa pada umumnya katarak terjadi pada usia lanjut.
“Lutein” dan “Zeaxanthin” Berbagai temuan terbaru mengungkapkan bahwa pola hidup sehat dan konsumsi pangan kaya antioksidan berperan mencegah atau menunda kejadian katarak. Antioksidan yang telah terbukti dapat mencegah atau menunda kejadian katarak adalah Lutein dan Zeaxanthin.Adanya gugus hidroksil pada struktur molekulnya membedakan Lutein dan Zeaxanthin dengan karotenoid lain. Dengan adanya gugus hidroksil ini, Lutein dan Zeaxanthin lebih bersifat polar daripada karotenoid lain, seperti beta-karoten. Polaritas ini berkaitan dengan kemampuannya berikatan dengan radikal bebas yang merusak mata |
Mekanisme
Berendschot dan kawan-kawan dari Departemen Optalmologi, Universitas Utrecht, Belanda, menemukan bahwa di antara karotenoid yang ada, Lutein dan Zeaxanthin-lah yang terdapat pada lensa mata manusia. Fakta ini mendukung temuan Dr Yeum sebelumnya bahwa Lutein hadir pada lensa mata (Yeum dari Universitas Tufts adalah orang yang pertama menemukan Lutein pada lensa mata).
Lyle dari Universitas Wisconsin-Madison melakukan penelitian kaitan antara asupan antioksidan dan kejadian katarak inti (nuclear cataracts) pada orang dewasa yang berumur 43-84 tahun. Dari semua antioksidan yang diteliti, hanya lutein dan zeaxanthin yang memiliki sifat protektif terhadap katarak.
Bagaimana Lutein dan Zeaxanthin mencegah atau menunda munculnya katarak? Sifat antioksidannya yang ampuh memberi jawaban atas pertanyaan ini. Radikal bebas, yang berasal dari sinar matahari atau cemaran dari udara, yang masuk ke mata mengoksidasi molekul rentan pada lensa mata.
Molekul tersebut adalah protein dan lipid yang menyusun lensa mata. Efek dari oksidasi ini adalah timbulnya gerombolan protein atau lipid yang rusak pada lensa mata. Seiring dengan bertambahnya usia dan makin terakumulasinya tekanan radikal bebas, gerombolan protein dan lipid yang rusak tersebut makin besar. Itulah yang membuat penglihatan kabur dan lama-kelamaan menjadi buta.
Lutein dan Zeaxanthin menangkapi radikal bebas (dengan cara berikatan dengannya) sebelum mereka merusak protein atau lipid lensa. Lutein dan Zeaxanthin dapat diibaratkan sebagai “bodyguard” lensa mata terhadap serangan radikal bebas.
Kalau kita mengacu kepada target global WHO pada pencegahan kebutaan, yaitu menurunkan prevalensi kebutaan pada semua negara hingga 0,5 persen, maka kita dituntut untuk dapat menurunkan prevelensi kebutaan minimal sebesar 1 persen (dari 1,5 persen). Angka ini setara dengan 2 juta lebih penderita kebutaan. Ini merupakan pekerjaan berat.
Pepatah bijak yang mengatakan “Lebih baik mencegah daripada mengobati” mungkin sangat relevan dalam hal ini. Bukti ilmiah telah secara meyakinkan membuktikan bahwa mengonsumsi Lutein dan Zeaxanthin dapat mencegah atau menunda timbulnya katarak pada usia lanjut.
Mengonsumsi sayur yang beraneka ragam tiga porsi sehari dapat memenuhi kebutuhan Lutein dan Zeaxanthin masing-masing sekitar 5-6 miligram per hari. Kalau hal itu sulit dilakukan, mengonsumsi suplemen makanan yang mengandung Lutein dan Zeaxantin adalah pilihan lain, tentunya, terlebih dahulu berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter.
Albiner Siagian Pengajar Bagian Gizi FKM Universitas Sumatera Utara, Medan
Lyle dari Universitas Wisconsin-Madison melakukan penelitian kaitan antara asupan antioksidan dan kejadian katarak inti (nuclear cataracts) pada orang dewasa yang berumur 43-84 tahun. Dari semua antioksidan yang diteliti, hanya lutein dan zeaxanthin yang memiliki sifat protektif terhadap katarak.
Bagaimana Lutein dan Zeaxanthin mencegah atau menunda munculnya katarak? Sifat antioksidannya yang ampuh memberi jawaban atas pertanyaan ini. Radikal bebas, yang berasal dari sinar matahari atau cemaran dari udara, yang masuk ke mata mengoksidasi molekul rentan pada lensa mata.
Molekul tersebut adalah protein dan lipid yang menyusun lensa mata. Efek dari oksidasi ini adalah timbulnya gerombolan protein atau lipid yang rusak pada lensa mata. Seiring dengan bertambahnya usia dan makin terakumulasinya tekanan radikal bebas, gerombolan protein dan lipid yang rusak tersebut makin besar. Itulah yang membuat penglihatan kabur dan lama-kelamaan menjadi buta.
Lutein dan Zeaxanthin menangkapi radikal bebas (dengan cara berikatan dengannya) sebelum mereka merusak protein atau lipid lensa. Lutein dan Zeaxanthin dapat diibaratkan sebagai “bodyguard” lensa mata terhadap serangan radikal bebas.
Kalau kita mengacu kepada target global WHO pada pencegahan kebutaan, yaitu menurunkan prevalensi kebutaan pada semua negara hingga 0,5 persen, maka kita dituntut untuk dapat menurunkan prevelensi kebutaan minimal sebesar 1 persen (dari 1,5 persen). Angka ini setara dengan 2 juta lebih penderita kebutaan. Ini merupakan pekerjaan berat.
Pepatah bijak yang mengatakan “Lebih baik mencegah daripada mengobati” mungkin sangat relevan dalam hal ini. Bukti ilmiah telah secara meyakinkan membuktikan bahwa mengonsumsi Lutein dan Zeaxanthin dapat mencegah atau menunda timbulnya katarak pada usia lanjut.
Mengonsumsi sayur yang beraneka ragam tiga porsi sehari dapat memenuhi kebutuhan Lutein dan Zeaxanthin masing-masing sekitar 5-6 miligram per hari. Kalau hal itu sulit dilakukan, mengonsumsi suplemen makanan yang mengandung Lutein dan Zeaxantin adalah pilihan lain, tentunya, terlebih dahulu berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter.
Albiner Siagian Pengajar Bagian Gizi FKM Universitas Sumatera Utara, Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar